Kamis, 11 Juni 2015

Puisi hati

Kau telah mengajarkan jiwaku yang gelap dan
kabut mendekap hatimu.
Hatiku yang bahkan tak tersentuh oleh cahaya
dan tak pernah terpetakan, kau mampu
menujunya.
Matamu, kekasih, selalu meruntuhkan cahaya-
cahaya yang berkilau ke dadaku.
Lirih bisikan kasihmu, bergaung hingga ke dasar
sanubari dan selalu menggetakan sendi-sendiku.
Begitu kudusnya cintamu, hingga mampu
membangkitkan kembali hati yang telah aku
nisankan.
Cinta yang tak mengenal kasta, bahkan antara
menjadi tiada apa-apanya bagi kita.
Namun, penantian kita yang purba telah
menumbuhkan bibit-bibit rindu yang kian
meranum.
Kita merayakan perhelatan rindu dengan ihwal
yang hening, tidak dengan dentuman musik dan
botolan anggur;
melulu airmata, airmata kebahagiaan senantiasa
berlinang menyempurnakan genapnya rindu kita.
Dengan mencintaimu, kutempuh jalan sunyi.
Mendamaikan keterasingan, menunjukkan sepi
ialah keindahan.
Dan ketika cinta segala-galanya menuju ke
engkau, maka rindu sudah tak lagi membutuhkan
kalimat dan tanda baca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar