Kau telah mengajarkan jiwaku yang gelap dan
kabut mendekap hatimu.
Hatiku yang bahkan tak tersentuh oleh cahaya
dan tak pernah terpetakan, kau mampu
menujunya.
Matamu, kekasih, selalu meruntuhkan cahaya-
cahaya yang berkilau ke dadaku.
Lirih bisikan kasihmu, bergaung hingga ke dasar
sanubari dan selalu menggetakan sendi-sendiku.
Begitu kudusnya cintamu, hingga mampu
membangkitkan kembali hati yang telah aku
nisankan.
Cinta yang tak mengenal kasta, bahkan antara
menjadi tiada apa-apanya bagi kita.
Namun, penantian kita yang purba telah
menumbuhkan bibit-bibit rindu yang kian
meranum.
Kita merayakan perhelatan rindu dengan ihwal
yang hening, tidak dengan dentuman musik dan
botolan anggur;
melulu airmata, airmata kebahagiaan senantiasa
berlinang menyempurnakan genapnya rindu kita.
Dengan mencintaimu, kutempuh jalan sunyi.
Mendamaikan keterasingan, menunjukkan sepi
ialah keindahan.
Dan ketika cinta segala-galanya menuju ke
engkau, maka rindu sudah tak lagi membutuhkan
kalimat dan tanda baca.
Kamis, 11 Juni 2015
Puisi hati
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar